Penulis : Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Tahun terbit : 1938
Dikisahkan ada seorang pemuda bernama Hamid, sejak berumur empat tahun
telah ditinggal mati ayahnya. Ayah Hamid sebelumnya adalah seorang yang kaya.
setelah perniagaannya jatuh dan menjadi melarat,sahabat dan sanak saudara yang
dulu banyak, tak ada lagi sanak saudara dan sahabatnya yang datang. Karena
sudah tak terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah
Hamid beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah
kecil. Di tempat itulah ayah Hamid meninggal.
Tatkala Hamid berumur enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada
ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi.
Ada tetangga baru di dekat rumah hamid terdapat sebuah gedung besar yang
berpekarangan luas. Rumah itu telah kosong karena pemiliknya, seorang Belanda,
telah kembali ke negerinya. Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang
laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi tak lama kemudian, rumah itu
dibeli oleh seorang-orang kaya yang bernama Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak
Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab.
Mak Asiah senang memanggil Hamid setiap pagi karena hendak membeli
makanan yang dijualnya itu. Pada waktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah
tentang orang tuanya dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan
itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak
kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu
menjadi karib dan Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya
sendiri.
Akhirnya Hamid dibiayai noleh haji Jakfar,suami mak Asiah,juga disekolahkan
bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda daripada Hamid. Pergaulan
Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara kakak dengan adik saja. Setelah
tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama dilanjutkan sekolahnya ke Mulo.
Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab.
Keduanya sebenarnya telah saling jatuh cinta.Namun Hamid sadar akan
statusnya.Zainabpun harus
masuk pingitan,menurut adat didesa itu. sedang Hamid yang masih dibiayai
oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padangpanjang. Di
sekolah itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu petang, tatkala Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir,
bertemulah ia dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur
suaminya. Ia naik perahu sewaan bersama-sama dua orang perempuan tua
lainnya.
Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya
pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya.
Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun
dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia
dinikahkan dengan kemenakan Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di
Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi
hendak menikah.
Penolakan itu sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada
Hamid. Bagi Hamid sendiri, sebenarnya ia cinta kepada Zainab, hanya cintanya
itu tidak dinyatakan berterus terang kepada Zainab.
Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu bertentangan dengan
isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka
dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke
rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah,
karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi
ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk minta
diri pergi menurutkan kemana arah kakinya berjalan. Surat Hamid itulah yang
selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian itu.
Sementara itu dikota suci mekah,Hamid bertemu dengan Saleh,temannya dahulu.
Hamid menceritakan segala perasaannya pada Zainab kepada Saleh.cinta mereka
tidak bisa disatukan karena ibu Hamid sendiri melarang Hamid untuk
mencintai Zainab,karena ibu Hamid merasa tidak pantas.sementara Ternyata Saleh
adalah suami dari Rosna,Rosna sendiri adalah sahabat Zainab. Rosna dan saleh
saling bercerita,berkirim surat tentang kisah Hamid dan Zainab.Zainab yang
sedih berlebihan,karena cinta yang tidak bisa bersatu dengan Hamid,akhirnya
menjadi sakit hingga akhirnya meninggal.
Karena terlalu cintanya Hamid pada Zainab,terlebih mendengar Zainab yang
meninggal dunia,Hamidpun tak kuasa menahan sedih.Selalu memikirkan
Zainab,hingga akhirnya Hamid jatuh sakit dan meninggal dibawah lindungan
ka'bah.